Political Culture ( budaya politik )
Salah satu komponen dalam sistem politik adalah budaya politik. Budaya politik dipandang sebagai landasan sistem politik, yang memberikan arah pada peran-peran politik yang dilakukan oleh strukture politik.
Budaya politik merupakan bagain bagian dari kebudayaan masyarakat yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, proses pembuatan kebijakan pemerintahan, pangatur kekuasaan, kegiatan partai politik, perilaku aparat negara serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memeruntah.
Budaya politik adalah sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Namun, setiap unsur masyarakat memiliki budaya politik yang berbeda, seperti antara masyarakat umum dan para elit.
Budaya politik juga merupakan aspek politik dari nillai-nilai yang terdiri dari pengetahuan adat-istiadat, tahayul dan mitos yang diakui masyarakat umum. Budaya politik ini memberikan rasional untuk menerima atau menolak norma-norma lain.
Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknay. Aspek doktrin menekankan pada isi atau materi, seperti sosialisme, demikrasi, nasionalisme. Aspek generik menganalisis bentuk, peranan dan ciri-ciri budaya politik sepertii militan, utopis, terbuka dan tertutup.
Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, tingkat millitansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat.
Dari pengertian diatas dapat di tarik kesimpulan :
• Konsep budaya politik tidak mengutamakan aspek-aspek non perilaku aktual berupa tindakan tetapi menekankan pada perilaku non-aktual seperti orientasi, sikap dan nilai-niai dan kepercayaan-kepercayaan.
• Hal-hal yang diorientasikan dalm budaya politik adalah sistem politik,. Yang diorientasikan dalam sistem politik yaitu setiap komponen struktur dan fungsi dalam sistem politik.
• Budaya politik merupakan konsep gambaran yang menggambarkan komponen-komponen budaya politik dalam tataran masif (dalam jumlah besar) atau mendeskripsikan masyarakat di suatu negara atau wilayah bukan individu.
Ada beberapa pandangan mengenai pengertian budaya politik menurut para ahli, yaitu :
Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr.
Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.
Larry diamond
Budaya politik adalah keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik negeri mereka dan peran mesing-masing individu dalam sistem itu.
Gabriel A. Almond dan S. Verba
Budaya politik adalah sikap orientasi warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikapnya terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu.
Alan R. Ball
Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik.
Austin Ranney
Budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik.
Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr.
Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.
Berdasarkan beberapa menurut para ahli maka dapat ditarik beberapa batasan konseptual tentang budaya politik sebagai berikut :
Pertama : bahwa konsep budaya politik lebih mengedepankan aspek-aspek non-perilaku aktual berupa tindakan, tetapi lebih menekankan pada berbagai perilaku non-aktual seperti orientasi, sikap, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan. Hal inilah yang menyebabkan Gabriel A. Almond memandang bahwa budaya politik adalah dimensi psikologis dari sebuah sistem politik yang juga memiliki peranan penting berjalannya sebuah sistem politik.
Kedua : hal-hal yang diorientasikan dalam budaya politik adalah sistem politik, artinya setiap berbicara budaya politik maka tidak akan lepas dari pembicaraan sistem politik. Hal-hal yang diorientasikan dalam sistem politik, yaitu setiap komponen-komponen yang terdiri dari komponen-komponen struktur dan fungsi dalam sistem politik. Seseorang akan memiliki orientasi yang berbeda terhadap sistem politik, dengan melihat fokus yang diorientasikan, apakah dalam tataran struktur politik, fungsi-fungsi dari struktur politik, dan gabungan dari keduanya. Misal orientasi politik terhadap lembaga politik terhadap lembaga legislatif, eksekutif dan sebagainya.
Ketiga : budaya politik merupakan deskripsi konseptual yang menggambarkan komponen-komponen budaya politik dalam tataran masif (dalam jumlah besar), atau mendeskripsikan masyarakat di suatu negara atau wilayah, bukan per-individu. Hal ini berkaitan dengan pemahaman, bahwa budaya politik merupakan refleksi perilaku warga negara secara massal yang memiliki peran besar bagi terciptanya sistem politik yang ideal.
Komponen Budaya Politik
Almond dan verba mengungkapkan bahwa budaya politik memiliki 3 komponen objek politik
• Orientasi kognitif : yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranann dan segala kewajibannya serta input dan outputnya.
• Orientasi afektif : yaitu perasaan terhadap sistem politik , peranannya, para aktor dan penampilannya.
• Orientasi evaluatif : yaitu keputusan dan pendapat tentangobjek-objek politik yang secara tipikal melibatkan standard nilai dan kriteria dengan informaasi dan perasaan
Tipe-Tipe Budaya Politik
1. Berdasarkan Sikap Yang Ditunjukkan
Pada negara yang memiliki sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks, menuntut kerja sama yang luas untuk memperpadukan modal dan keterampilan. Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap orang terhadap orang lain. Pada kondisi ini budaya politik memiliki kecenderungan sikap ”militan” atau sifat ”tolerasi”.
a. Budaya Politik Militan
Budaya politik dimana perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi kriris, maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar emosi.
b. Budaya Politik Toleransi
Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan curiga terhadap orang.
Berdasarkan Orientasi Politiknya
Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki beberapa variasi. Berdasarkan orientasi politik yang dicirikan dan karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik akan memiliki budaya politik yang berbeda. Perbedaan ini terwujud dalam tipe-tipe yang ada dalam budaya politik yang setiap tipe memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam masyarakat, Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut :
a. Budaya politik parokial (parochial political culture), yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatif rendah).
b. Budaya politik kaula (subyek political culture), yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih bersifat pasif.
c. Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.
klasifikasi budaya politik di dalam masyarakat adalah sebagai berikut.
No | Budaya Politik | Uraian / Keterangan |
1. | Parokial | a. Frekuensi orientasi terhadap sistem sebagai obyek umum, obyek-obyek input, obyek-obyek output, dan pribadi sebagai partisipan aktif mendekati nol. b. Tidak terdapat peran-peran politik yang khusus dalam masyarakat. c. Orientasi parokial menyatakan alpanya harapan-harapan akan perubahan yang komparatif yang diinisiasikan oleh sistem politik. d. Kaum parokial tidak mengharapkan apapun dari sistem politik. e. Parokialisme murni berlangsung dalam sistem tradisional yang lebih sederhana dimana spesialisasi politik berada pada jenjang sangat minim. f. Parokialisme dalam sistem politik yang diferensiatif lebih bersifat afektif dan normatif dari pada kognitif. |
2. | Subyek/Kaula | a. Terdapat frekuensi orientasi politik yang tinggi terhadap sistem politik yang diferensiatif dan aspek output dari sistem itu, tetapi frekuensi orientasi terhadap obyek-obyek input secara khusus, dan terhadap pribadi sebagai partisipan yang aktif mendekati nol. b. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah c. Hubungannya terhadap sistem plitik secara umum, dan terhadap output, administratif secara esensial merupakan hubungan yang pasif. d. Sering wujud di dalam masyarakat di mana tidak terdapat struktur input yang terdiferensiansikan. e. Orientasi subyek lebih bersifat afektif dan normatif daripada kognitif. |
3. | Partisipan | a. Frekuensi orientasi politik sistem sebagai obyek umum, obyek-obyek input, output, dan pribadi sebagai partisipan aktif mendekati satu. b. Bentuk kultur dimana anggota-anggota masyarakat cenderung diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem politik secara komprehensif dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif (aspek input dan output sistem politik) c. Anggota masyarakat partisipatif terhadap obyek politik d. Masyarakat berperan sebagai aktivis. |
Political Cleveages
Perpecahan politik banyak sering terjadi di negara-negara yang rawan akan perselisihan dan peperangan, namun perpecahan politik juga terjadi dalam kasus industri masyarakat. Berikut merupakan contoh dari kasus perpecahan politik :
Perpecahan Politik dalam Demokratisasi masyarakat
Kasus Kongo ( former Zaire )
Penelitian struktur perpecahan politik menunjukkan bahwa pembagian etnisitas, kelas, dan kota-desa adalah penyebab utama variabel sosial konflik politik di Afrika. Artikel ini memeriksa validitas argumen ini dan menunjukkan bahwa perekonomian tidak resmi tampaknya membuat baris baru polarisasi politik sebagai demokratisasi negara-negara Afrika. ANOVA, regresi logistik, dan dua tahap-regresi logistik data survei yang dikumpulkan di Kongo pada 1991-1992 menunjukkan bahwa perekonomian tidak resmi lebih mungkin untuk meminimalisasi perpecahan politik daripada garis-garis lainnya perpecahan sosial yang mendominasi literatur mengenai perpecahan politik Afrika. Selain itu, perpecahan cenderung tumpang tindih polarisasi yang lebih homogen crosscutting pengaturan dan perpecahan adalah khas lingkungan yang heterogen.
Perpecahan komunis pasca Komunis dan Politik
Cukup banyak perhatian yang diberikan selama dekade ke perpecahan politik pasca-komunis Eropa Timur. Penyelidik telah berusaha untuk menetapkan apakah perpecahan semacam itu ada, untuk memetakan karakter mereka, dan untuk menjelaskan teori pembentukan mereka. Penelitian pada awalnya difokuskan pada apakah pemerintahan komunis telah menciptakan bentuk-bentuk khas pembelahan di wilayah secara keseluruhan, atau bahkan melenyapkan kemampuan sosial untuk membentuk setiap ideologis sosial yang ters struktur atau divisi. Hasil karya ini, bagaimanapun, cenderung untuk mendukung lebih terdiferensiasi dan kurang sui generis pemahaman di mana karakter perpecahan bervariasi di seluruh wilayah. Perdebatan telah berpaling pada akuntansi untuk variasi dalam pembentukan dan perpecahan dengan merujuk pada faktor-faktor seperti lama warisan budaya, bentuk pemerintahan komunis dan cara transisi dari itu, efek dari struktur sosial dan pengalaman sosial individu dalam periode pasca-komunis , dan dampak dari lembaga dan strategi partai.
SubCulture
subkultur adalah subversi untuk normal subkultur dapat dianggap sebagai negatif karena sifat mereka kritik sosial yang dominan standar. Hebdige berpendapat bahwa menyatukan subkultur seperti hati individu yang merasa diabaikan oleh standar-standar sosial dan memungkinkan mereka untuk mengembangkan rasa identitas.
Pada tahun 1995, Sarah Thornton, menggambar pada Pierre Bourdieu, menjelaskan "modal subkultural" sebagai pengetahuan budaya dan komoditas yang diperoleh oleh para anggota dari sebuah subkultur, menaikkan status mereka dan membantu membedakan dirinya dari anggota kelompok lain. Ken Gelder berpendapat pada tahun 2007 sub-budaya yang bersifat sosial, dengan konvensi bersama mereka sendiri, nilai-nilai dan ritual, tetapi mereka juga dapat tampak "tenggelam" atau mementingkan diri sendiri; sebuah fitur yang membedakan mereka dari countercultures. Gelder kunci mengidentifikasi enam cara yang dapat dipahami subkultur :
1. melalui hubungan negatif sering mereka untuk bekerja (sebagai 'siaga', 'parasit', sedang bermain atau di waktu senggang, dll);
2. melalui hubungan negatif atau ambivalen ke kelas (karena subkultur yang tidak 'kelas-sadar' dan tidak sesuai dengan definisi kelas tradisional);
3. melalui asosiasi dengan wilayah mereka (yang 'jalan', yang 'tudung, klub, dll), daripada properti;
4. melalui gerakan mereka keluar dari rumah dan menjadi non-domestik termasuk bentuk (yaitu kelompok-kelompok sosial selain keluarga);
5. melalui ikatan gaya berlebihan dan berlebihan (dengan beberapa pengecualian);
6. melalui penolakan mereka dari kehidupan biasa basa-basi dan massification.
Identifikasi subculture
Subkultur dapat berbeda karena usia, etnisitas, kelas, lokasi, dan / atau jenis kelamin anggota. Kualitas yang menentukan suatu subkultur sebagai mungkin berbeda bahasa, estetika, agama, politik, seksual, geografis, atau kombinasi faktor. Menurut Dick Hebdige, subkultur anggota sering sinyal keanggotaan mereka melalui khas dan simbolis penggunaan gaya, yang meliputi mode, sikap, dan dialek. Mereka juga menjalani hubungan ke tempat-tempat tertentu; Ken Gelder berbicara tentang "subkultural geografi "di sepanjang jalur tersebut.
Studi subkultur seringkali terdiri dari studi tentang simbolisme yang melekat pada pakaian, musik dan lainnya affectations terlihat oleh anggota subkultur, dan juga cara-cara di mana simbol-simbol yang sama ini ditafsirkan oleh para anggota kebudayaan yang dominan. Subkultur telah dicatat oleh orang lain untuk waktu yang lama, didokumentasikan, dianalisis, diklasifikasikan, rationalised, dipantau, diteliti. Dalam beberapa kasus, subkultur telah undangkan terhadap, kegiatan mereka diatur atau dibatasi.
Hubungan Subkultur dengan budaya mainstream
Mungkin sulit untuk mengidentifikasi subkultur tertentu karena gaya mereka (terutama pakaian dan musik) dapat diadopsi oleh budaya massa untuk tujuan komersial. [Sunting] Perusahaan seringkali mencari untuk memanfaatkan godaan subversif subkultur mencari Best, yang tetap berharga dalam penjualan produk. Proses apropriasi budaya mungkin sering mengakibatkan kematian atau evolusi dari subkultur, sebagai anggota mengadopsi gaya baru yang tampak asing bagi masyarakat arus utama. Proses ini memberikan arus konstan gaya yang dapat diadopsi secara komersial.
Musik subkultur berbasis sangat rentan terhadap proses ini, sehingga apa yang dapat dianggap sebagai subkultur pada satu tahap dalam sejarah-seperti jazz, goth, punk, hip hop dan budaya rave-dapat mewakili selera arus utama dalam waktu singkat . Beberapa subkultur menolak atau memodifikasi pentingnya gaya, menekankan keanggotaan melalui penerapan ideologi yang mungkin jauh lebih tahan terhadap eksploitasi komersial. punk subkultur yang khas (dan awalnya mengejutkan) gaya pakaian diadopsi oleh pasar massal perusahaan mode setelah subkultur menjadi perhatian media. Dick Hebdige menyatakan bahwa subkultur punk saham yang sama "radikal praktik estetika" sebagai Dada dan surealisme:
Seperti Duchamp's 'siap mades' - diproduksi objek yang memenuhi syarat sebagai seni karena dia memilih untuk memanggil mereka seperti itu, yang paling biasa-biasa saja dan tidak pantas item - pin, gantungan pakaian plastik, komponen televisi, silet, tampon - dapat dibawa dalam provinsi punk fashion ... Objects dipinjam dari yang paling kotor konteks menemukan tempat di bajingan 'ansambel; WC rantai anggun terbungkus dalam peti busur di dalam plastik bin liners. Peniti dibawa keluar dari dalam negeri mereka 'utilitas' konteks dan dikenakan sebagai hiasan mengerikan melalui pipi, telinga atau bibir ... fragmen seragam sekolah (putih-nilon bri kemeja, dasi sekolah) itu secara simbolis mencemarkan (baju tertutup grafiti , atau darah palsu; ikatan dibatalkan kiri) dan disandingkan terhadap saluran kulit atau shocking pink mohair puncak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar